Minggu, 09 November 2014

MEKANISME PENYERPAN AIR

MEKANISME PENYERAPAN AIR
Pemasukan air dari tanah ke dalam sel-sel akar dengan jalan difusi osmosis dan imbibisi. Berdasarkan hukum yang berlaku juga untuk zat cair dan sekalipun zat padat. Air berdifusi dari suatu larutan yang encer ke suatu larutan yang lebih pekat, atau dengan kata-kata lain air berdifusi dari daerah yang devisit-tekanan-difusinya kecil ke daerah yang defisit-tekanan-difusinya besar. Keadaan semacam ini memang kita dapati dalam larutan tanah, pada umumnya larutan tanah merupakan larutan yang konsentrasinya jauh lebih rendah daripada konsentrasi larutan yang ada dalam sel-sel akar. Hasil penyelidikan menunjukan bahwa nilai osmosis sel-sel suatu tanaman itu mengalami perubahan sesuai dengan keadaan air di dalam tanah. Pada umumnya terdapat hubungan timbal balik semacam ini. Jika tanah cukup mengandung air maka nilai osmosis sel-sel suatu tanaman tidak demikian tingginya daripada kalau tanah agak kekurangan air. Jadi cukup air di dalam tanah menurunkan nilai osmosis, sedangkan kurang air menaikkan nilai osmosis sel-sel suatu tanaman, bahkan nilai osmosis suatu sel pada siang hari itu berbeda dengan nilai osmosisnya pada malam hari. Hal ini sesuai dengan keadaan air pada siang hari dan pada malam hari.
Dengan masuknya air dari tanah kedalam sel-sel akar tentulah terbawa juga ion-ion yang terdapat di dalam tanah, karena larutan tanah memang mengandung ion-ion. Pemasukkan ion-ion dari tanah kedalam akar itu dipengaruhi oleh suatu hal yang disebut antagonisme ion yang artinya, bahwa pemasukka ion yang satu mempengaruhi, bahkan kadang-kadang menetang pemasukkan-pemasukkan ion jenis lain. Sebagai misal ion-ion Ca²+ meniadakan ion-ion Na+ terhadap kegiatan masuk keluarnya zat tertentu. Konsentrasi ion-ion Na+ yang agak tinggi menghambat peresapan ion-ion K+ atau ion-ion Ca²+.
Adanya suatu kenyataan baha kation-kation sangan mempengaruhi permeabilitas sel. Hal ini menimbulkan persangkaan, bahwa pada sel ada bagian-bagian tertentu (mungkin sekali ektoplas) yang mudah berubah menjadi anion; kiranya lapisan itu terdiri dari atas pospolipida, sebab zat ini mudah benar mengalami disosiasi dan sebagai hasil disosiasi ini timbullah anion-anion organik.`
Hasil penyelidikan menunjukkan adanya timbunan ion-ion atau timbunan garam (ion dan salts accumulation) di dalam sel-sel akar yang masih muda. Jadi mungkin sekali ion yang bertimbun-timbum itu menarik ion-ion yang ada di tanah , sehingga pemasukkan lebih banyak dari pengeluaran.
Penyerapan air dapat diserap melalui akar tetapi ada pula tumbuhan yang mampu menyerap air lewat daun dan batang. Meskipun proses ini tidak lazim.
Penyerapan air oleh daun dipengaruhi oleh:
1.      Struktur dan permeabilitas epidermis dan kutikula.
2.      Ada tidaknya trikoma di permukaan daun.
3.      Mudah tidaknya permukaan daun itu dibasahi
4.      Defisiensi air di dalam sel-sel parenkim daun.
Penyerapan air oleh akar akan dilakukan terutama oleh bulu akar yang selalu terendam di tanah. Air bedifusi masuk ke bulu akar, pada dinding sel masuk ruang bebas, melewati membran plasma secara osmosis dan kembali bedifusi memasuki plasma. Karena organela dibatasi oleh membran yang differensial permeabel, maka transport air diantaranya harus menggunakan mekanisme osmosis. Sel akar dapat menyerap air bila mempunyai potensial air yang negatif lebih besar daripada larutan tanah. Dalam hal ini akar dapat melakukan penyerapan pasif dengan menyetimbangkan tenaga potensial air, potensial osmotik (tekanan osmotik), tekanan turgor dan tekanan dinding sel.
Air bergerak ke dalam tumbuhan melalui rambut akar, yang merupakan tonjolan berupa rambut dari sel epidermis, dan melalui epidermis akar muda. Mekanisme yang beroperan bagi gerakan air tanah kedalam akar belum dipahami sepenuhnya. Pada saat ini diduga bahaw air diabsorpsi melalui dua mekanisme yang berbeda, yaitu Absorbsi Aktif dan Absorbsi Pasif.

a.       Absorbsi Aktif
Absorbsi aktif harus dibedakan dari transport aktif seyawa-senyawa yang terlarut melalui membran. Absorpsi aktif terjadi bilamana kelembaban tanah itu tinggi dan tumbuhan melangsungkan transpirasi yang rendah. Dalam kondisi ini, absorbsi air dinyatakan terutama akibat osmosis, walaupun mekanisme lain mungkin ikut terlibat. Gerakan air kedalam tergantung pada konsentrasi solut yang lebih tinggi di dalam pembuluh xilem yang mati dibandingkan dengan yang ada dalam larutan tanah.  Gerakan tersebut dikenal sebagai absorbsi aktif karena bergantung pada kandungan solut dan ketetapan (permeabilitas) sel-sel akar hidup.
b.      Absorbsi Pasif
Bila gerakan air ke dalam tumbuhan yang mempunyai laju transpirasi yang tinggi, menyangkut perbedaan tekanan di dalam dan di luar tumbuhan, maka kondisi ini dinamakan absorbsi pasif karena gaya penyebabnya timbul pada puncak tumbuhan bukan dalam akar. Absorbsi pasif bergantung pada tarikan transpirasi. Ditinjau dari volume air yang diabsorbsi, absorbsi pasif jauh lebih penting daripada absorbsi aktif, dan boleh jadi mencakup sekitar 98 % dari jumlah gerakan air ke dalam akar. 
Bila tumbuhan mengalami tanspirasi yang tinggi, pengambilan air berlangsung melalui absorbsi pasif. Pada konsisi tersebut, absorbsi aktif tidak berfungsi karena gerakan air yang cepat  melalui akar akan menghanyutkan solut yang menentukan dalam absorbsi aktif. (Sutarmi Tjitrosomo, Siti. 1985)
1.2.1        Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Air
Penyerapan air oleh tumbuhan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar (lingkungan).
Faktor dalam (disebut juga faktor tumbuhan) yaitu:
1.      Kecepatan Transpirasi
Penyerapan air hampir setara dengan transpirasi (penguapan lewat daun) bila penyediaan air tanah cukup. Hal itu terjadi karena adanya transpirasi menyebabkan terbentuknya daya isap daun sebagai akibat kohesi yang diteruskan lewat sistem hidrostatik pada xilem. Kecepatan transpirasi antara lain ditentukan oleh banyaknya stomata dan keaadan permukaan daun.
2.      Sistem Perakaran
Berbagai tumbuhan menunjukan perakaran yang berbeda, baik pada pertumbuhan maupun kemampuannya menembus tanah. Karena penyerapan terutama berlangsung di bulu akar yang terutama terjadi akibat percabangan akar, menentukan penyerapan. Tumbuhan yang mempunyai akar dengan percabangan banyak tetapi hanya meliputi daerah perakaran yang sempit disebut mempunyai perakaran intensif. Sebaliknya yang akarnya sedikit tetapi tumbuh memanjang dan masuk jauh kedalam tanah disebut perakaran ekstensif.
3.      Pertumbuan Pucuk
Bila bagian pucuk tumbuh baik, akan memerlukan banyak air, menyebabkan daya serap bertambah.
4.       Metabolisme
Karena penyerapan memerlukan tenaga metabolisme, maka kecepatan metabolisme terutama respirasi akan menentukan besarnya penyerapan. Metabolisme yang baik juga memungkinkan pertumbuhan akar yang lebih baik, sehingga semakin banyak cabang akar / bulu akar yang terbentuk.
Faktor luar yaitu:
1.      Ketersediaan air tanah
Tumbuhan dapat menyerap air tanah bila kandungan air tanah terletak antara kapasitas lapang dan titik layu tetap. Bila air berada pada keadaan diatas kapaistas lapang, penyerapan akan terhambat karena akar berada dalam lingkungan anaerob. 
2.      Konsentrasi / potensial osmotik air tanah
Karena kedalam air tanah terlarut berbagai ion dan molekul maka potensial osmotiknya kan berubah bila yang larut berkurang atau bertambah. Bila ion atau molekul yang larut terlalu banyak sehingga potensial osmotiknya terlalu tinggi, sel tidak akan mampu menyerap, atau kalau mampu perlu menggunakan energi lebih besar. Tumbuhan halofit mampu menyerap air dari larutan dengan potensial osmotik yang lebih besar dari tumbuhan msofit.
3.      Temperatur tanah
Temperatur tanah berpengaruh terhadap penyerapan melalu berbagai cara, yaitu bila temperatur rendah, air menjadi lebih kental sehingga lebih sukar bergerak, permeabilitas plasma berkurang dan pertumbuhan akar terhambat.
4.      Aerasi

Aerasi yang tidak baik menghambat metabolisme dan pertumbuhan akar. Kurangnya oksigen akan menghambat respirasi aerob sehingga energi untuk penyerapan berkurang. Bila respirasi anaerob terjadi, hasil akhir berupa alkohol yang dapat melarutkan lipoprotein membran plasma sehingga akar busuk. Aerasi yang jelek juga menyebabkan kadar CO2 naik dan permeabilitas akar terhadap air berkurang. (Syahmi Edi. 2014. Fisiologi Tumbuhan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar